Rabu, 13 November 2013

Prospek Budidaya Tanaman Sisal (Agave sisalana Perrine)



Serat alam dari tanaman sudah lama dimanfaatkan dalam berbagai aspek kehidupan misalnya untuk tekstil, tali temali, sikat, tambalan, tenun, atap, kertas, kerajinan (keranjang/tas, tikar, keset, dan barang kerajinan lainnya), bahan bangunan dan konstruksi, serta bahan pembuatan serat sintetik.  Diantara 72 jenis tanaman penghasil serat alam yang banyak digunakan di dunia, 9 jenis merupakan penghasil serat utama, diantaranya Agave cantala (cantala/kantala atau nanas sebrang) dan Agave sisalana (sisal) dengan kegunaan utama untuk bahan baku tali temali.

Sisal (Agave sisalana Perrine) merupakan tanaman penghasil serat dari daunnya setelah melalui proses penyeratan.  Tanaman yang termasuk dalam keluarga agavaceae ini berasal dari meksiko yang beriklim sedang, dan terus berkembang seiring dengan kemajuan kebutuhan untuk bahan baku tali temali dan industri lainnya hingga ke beberapa negara di daerah sub tropis maupun daerah daerah tropis.  Agave sisalana (sisal) dibawa ke Indonesia pada tahun 1913.  Ciri ciri tanaman sisal yakni warna daun hijau, tepi daun berduri, berjarak agak renggang dan tahan kering serta produksi serat tinggi.
Klasifikasi tanaman sisal, yakni:
Kingdom           : Plantae
Clade                : Angiosperm
Clade                : Monocots
Order               : Asparagales
Family              : Asparagaceae
Subfamilly       : Agavoideae
Genus               : Agave
Species            : A. Sisalana
Binomial name   :  Agave sisalana Perrine
Sisal merupakan tanaman penghasil serat alam yang banyak diminati oleh pengusaha untuk bahan baku industri.  Sisal mampu tumbuh baik pada lahan kering dan iklim kering.Tanaman  Sisal secara ekologi membutuhkan persyaratan untuk tumbuhnya, yakni: kelembaban udara moderate (70 % – 80 %), sinar matahari penuh, cutah hujan 1.000  mm sampai 1.250 mm/tahun, suhu maksimum 27 ®C – 28 ®C, tanah lempung berpasir sangat disukai, pH tanah antara 5,5 – 7,5 dan pada tanahberdrainase baik serta kandungan Ca tanah yang cukup dalam tanah memberikan hasil yang menggembirakan.  Sisal tidak tahan genangan air.
Tanaman sisal sebagian besar diusahakan di lereng lereng bukit berkapur dan beriklim kering.  Di Indonesia, tanaman sisal dikembangkan di Malang Selatan, Jember dan Blitar Selatan.  Para petani menanam tanaman sisal ditumpangsari dengan palawija seperti jagung, kacang tanah, atau kacang kedelai.
Salah satu  pendukung utama keberhasan pengembangan suatu komoditas secara teknis adalah ketersediaan varietas unggul adaptip di daerah pengembangan  dan peran serta teknologi budidaya.  Ada dua cara untuk meningkatkan produksi tanaman di suatu lahan pertanian, yakni: perakitan varietas unggul dan perbaikann teknis budidaya.  Kberhasilan perakitan varietas unggul pada program pemuliaan sangat ditentukan oleh ketersediaan plasma nutfah sebagai sumber keragaman dn sumber genetik karena tanpa adanya sumber genetik maka upaya untuk memperoleh kultivar kultivar yang lebih seuai untuk kebutuhan manusia tidak akan berhasil.  Semakin beragam sumber genetik maka semakin besar peluangnya untuk keberhasilan perakitan varietas unggul baru seperti yang diinginkan.  Mengingat pentingnya peranan dan fungsi plasma nutfah sebagai sumber genetik tanaman maka keberadaannya perlu dipertahankan dan dipelihara agar tidak terjadi kepunahan, sehingga kebutuhan umat manusia akan pangan, sandang dan papan akan terpenuhi.  Selain itu juga perlu digali sebanyak mungkin informasi genetiknya melalui karakterisasi dan evaluasi plasma nutfah untuk kepentingan sebagai sumber genetik pada perakitan varietas baru pada program pemuliaan. Perbanyakan tanaman melalui bulbil atau rhizoma tanaman dewasa, yang umumnya disemaikan dulu di persemaian selama 12 – 18 bulan, dmana pada awal musim hujan baru dipindah ke lapang dengan jarak tanam 1 m x 2 m.
Pengembangan serat sintetik seperti nylon dan serat sintetik lainnya dengan kekuatan serat prima dan daya pakai lebih lama menyebabkan penggunaan serat alam untuk tali temali berkurang, namun prospek tanaman sisal masih cuku tinggi mengigat permintaan dunia terhadap serat alam seperti Agave sisalana belum terpenuhi.  Kebutuhan dunia terhadap serat alam mencapai 319 ton/tahun, sedangkan produksi serat agave dari berbagai negara penghasil serat di dunia  hanya mencapai 281.800 ton/tahun.
Di Indonesia, tanaman sisal digunakan di industi kapal laut karena memiliki keunggulan dalam hal tahan terhadap kadar garam tinggi dan memiliki kekuatan lebih baik dibanding tanaman agave lainnya.  Kebutuhan serat sisal untuk tali kapal laut mencapai 20-30 ton/bulan di salah satu industri di Jawa Barat.  Tanaman sisal juga banyak digunakan di Tulungagung untuk industri kerajinan seperti keset, sapu dan sikat yang dipasok dari blitar selatan berupa serat kering Grade A yang mencapai 10 ton/bulan dengan harga Rp 5.000,- /kg.

Sumber : http://pertaniansulteng.com/2012/11/prospek-budidaya-tanaman-sisal-agave-sisalana-perrine/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar